Hi.... Kembali lagi saya membawa satu tulisan yang tak kalah amatirannya *hehehe* Jadi ini adalah salah satu cerpen hasil pemikiran saya, cerpen ini saya tulis kalau tidak salah pas SMP lalu saya kumpulkan sebagai tugas Bahasa Indonesia pas kelas 1 SMA. Inilah dia cerpen ringan *read:amatiran* dari saya, H appy Reading
*****************************
Malam itu Jo menginap di rumah Yosi. Kebetulan
malam itu orang tua Yosi menghadiri acara keluarga di luar kota dan mereka
harus menginap di sana semalam, jadi Yosi tinggal sendiri di rumah. Sebenarnya
orang tua Yosi memberi saran supaya Yosi menginap saja di rumah pamannya untuk
satu malam, tapi dia menolak. Katanya, “Tenang saja, Ma! Aku, kan, sudah kelas X SMA dan aku juga akan
ajak si Jo untuk menemaniku jaga rumah.”
Walaupun sedikit khawatir karena
baru pertama kali meninggalkan Yosi sendiri di rumah sehari semalam, akhrinya
orang tua Yosi menyetujuinya. Sebelum
berangkat sore itu orang tua Yosi berpesan, “Ingat, Yosi kalau terjadi apa –
apa langsung saja telepon ke nomor papa, yah! Dan ingat kunci pintu rapat – rapat dan jangan begadang sampai larut
malam!”
“Tenang
saja, Pa! Aku pasti akan berhati – hati dan tidur pada waktunya!” jawabnya.
Selepas
keberangkatan orang tuanya, tinggalah Yosi, Jo, dan Pusi kucing peliharaan Yosi
di rumah besar itu.
“Sekarang
apa yang harus kita lakukan?” tanya Jo kepada Yosi setelah orang tua Yosi
berangkat.
“Kita main PS sepuasnya. Minggu lalu aku
baru dibeliin PS 3,loh!” kata Yosi
“Yang benar? Hebat banget aku belum
pernah, loh main PS 3!” kata Jo.
“Ya
sudah, what are you waiting for ? Kita langsung main saja.”kata Yosi lagi
“Let’s go!” seru Jo. Keduanya tertawa
bersama dan berlari menuju ruang tengah.
Sudah tiga jam mereka main PS, tapi belum
bosan – bosan juga. Sementara
itu si Pusi dari tadi mengeyong terus. Sepertinya dia gelisah.
“Yos, sepertinya si Pusi gelisah. Kenapa
dia?” Tanya Jo yang mulai terusik dengan suara ngeyongan Pusi.
“Tidak
usah dipikirkan. Paling – paling dia ditinggalin sama pasangannya.” Jawab Yosi
yang tidak berpaling dari layar televisi.
Waktu terus berjalan. Sekarang sudah pukul
23.30, tetapi keduanya masih asyik dengan permainan mereka. Tetapi,
beberapa saat kemudian,
“Kita pergi tidur,yuk! Sekarang, kan sudah larut malam!” ajak Jo.
“Ya
sudah. Lagipula aku sudah mengantuk.”seru Yosi.
Lalu
keduanya membereskan CD – CD game yang berantakan di ruang tengah, mematikan
semua lampu dan kemudian langsung membaringkan diri di tempat tidur di kamar
Yosi.
Tetapi,
belum sempat keduanya mendarat di pulau mimpi, tiba – tiba terdengar suara “gubryaaak”
seperti suara barang jatuh. Keduanya pun sangat terkejut.
“Suara apa itu ?” tanya Jo.
“Tidak
tahu. Mungkin barang jatuh. Jam berapa sekarang?” seru Yosi. Kedua kemudian
membangunkan badan dan duduk di atas tempat tidur.
“
Jam 12 malam.” Kata Jo sambil melihat jam di ponselnya
“Jam
12? Jangan – jangan itu maling!”
“Masa iya? Tapi ini masih terlalu pagi untuk maling
melancarkan aksinya. Lagi pula kita terlalu cepat menyimpulkan kalau itu
maling.”
”Sok
tahun kamu, Jo. Jangan kayak orang tua gitu, donk, ceramahin aku. Lagi pula apa
lagi kalau bukan maling? Hantu ? Atau setan ?”
”Ya,
mungkin saja itu...” Belum selesai Jo melanjutkan bicaranya tiba – tiba ”gubryaaak”
suara benda jatuh terdengar lagi. Keduanya serentak kaget.
”Nggak
usah banyak mikir. Nggak capek apa kamu mikir. Cukup di sekolah aja kamu banyak
mikir.”
“Kalau memang itu maling apa yang harus
kita lakukan?”
“Kita
telepon polisi.” Lalu Yosi mencoba menghubungi polisi dengan handphonenya. Tapi tidak tersambung.
“Gawat
! baterainya habis. Telepon rumah ada di ruang tamu. Tidak mungkin kita keluar
dari kamar ini. Nanti kita bisa tertangkap. Bagaimana dengan handphonemu,Jo?”
“Gawat,
baterainya juga habis. Jadi bagaimana?”tanya Jo sedikit cemas.
“Tenang
Jo! Kita lawan dia.”
”
Apa? Itu terlalu berbahaya. Kenapa kita tidak tunggu saja sampai malingnya
pergi. ”
”Aku
nggak mau kalau cuma tinggal diam dan menunggu. Lagi pula aku juga sedikit
nggak rela kalau barang – barang di rumahku dicuri sama maling. Apa nanti kata
kedua orang tuaku sama aku. Nanti aku dibilangin nggak becus jaga rumah.
Menurut pengamatanku,nih, maling ini nggak profesional cuma kelas teri.
Buktinya dia menjatuhkan barang sampai dua kali. Kalau profesional, sih pasti
nggak bakal kayak gitu. Jadi kayaknya dia mudah, deh, buat dihadapin.” besar
kepala Yosi kambuh.
”Bagaimana
kalau mereka banyak?”
”Kayaknya
malingnya cuuma satu, deh. Karena
waktu ada suara barang jatuh nggak ada kedengeran suara menegur,kan? Ini
kesempatan yang bagus buat kita,Jo. Siapa tahu dengan kita menangkap maling
kita jadi terkenal dan dapat hadiah. Aku jadi teringat sama film Home Alone. Kevin dalam film itu
menghadapi sekelompok pencuri sendirian di rumahnya. Masa kita kalah sama dia.”
“Itu,
kan, cuma film, Yosi. Tapi, whateverlah.
Aku capek dengar argumenmu yang ngelantur. Lalu bagaimana cara kita untuk melawan maling itu?”
kata Jo menyerah.
“Ini ambil. Kita keroyok dia pakai ini.”
Kata Yosi sambil memberikan tongkat baseball
kepada Jo.
“Tapi,tindakan ini tetap beresiko?”
“Setidaknya
kita punya modal. Aku ikut ekskul kendo dan kau ikut ekskul karate, kan? Kita
berdua juga pernah jadi juara turnamen tingkat kabupaten. Jadi kita hajar
saja!”
Setelah
rencana tersusun mantap keduanya mengendap – endap keluar dari kamar. Jo memegang tongkat baseball dan Yosi menggenggam pedang kayu untuk kendo. Mereka sudah
mengantisipasi kalau – kalau terjadi hal – hal yang tidak di-inginkan.“Gubryaaaaaaak”
lagi – lagi suara itu.
“Suaranya
dari arah dapur”kata Yosi. Aneh maling kok masuknya ke dapur?
“Kau
siap Jo. Begitu nanti kita sampai di dapur aku akan hidupkan lampu dan kau
segera hajar malingnya!”kata Yosi.
“Siap!”
jawab Jo mantap.
Keduanya
terus mengendap – endap menuju dapur. Jantung mereka berdetak sangat cepat.
Keringat mengucur. Tak bisa mereka bayangkan apa yang akan terjadi. Perlahan
tapi pasti keduanya memasuki dapur. Yosi segera menekan sakelar lampu, lalu...
“Hiaaaaaa!!!”
teriak keduanya sambil mengambil posisi untuk menyerang seperti dalam game –
game yang sering mereka mainkan. Tapi………. Tidak disangka dan tidak
diduga. Ternyata tidak ada maling di sana.
Lalu siapa ?
Itu hanya si Pusi yang lagi asyik –
asyiknya mengejar tikus di dapur dan menabrak dan menjatuhkan panci, wajang,
teko dan lain – lain hingga menimbulkan bunyi “gubryaaak”. Sementara itu Yosi
dan Jo masih bingung sekaligus lega karena ternyata tidak ada maling. Tapi kok
Pusi mengejar tikus ya?
“Aku bilang juga apa, Yos? Bukan maling!
“Oh
iya ! Tadi siang aku lupa beri makan si
Pusi. Sudah seharian Pusi tidak
makan. Pasti dia kelaparan
sampai mengejar tikus.”kata Yosi
“Jadi
karena itu dari tadi dia gelisah. Makanya Yos, kalau punya peliharaan dirawat
dengan baik. Mereka juga kan, makhluk hidup!” kata Jo sok bijak.
Lalu
keduanya kembali tidur. Dan kali ini mereka benar – benar telah mendarat di
pulau mimpi sampai keesokan harinya.
*******************************
Nah itulah tadi cepern saya, mudah-mudahan menghibur pembaca sekalia.
Sorry for wasting your time reading my story. Have a nice day ^^